Prospek Pasar Properti Pasca-Lebaran 2025 Masih Lesu, Ini Analisis Para Ahli

Kondisi Ekonomi Jadi Kunci Pergerakan Pasar Properti

Menurut pengamat properti sekaligus Director Head of Research JLL Indonesia, Muhammad Yunus Karim, tren pembelian rumah setelah Lebaran 2025 masih terbilang lemah. Ia menjelaskan bahwa kinerja pasar properti sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor makro, seperti stabilitas ekonomi nasional, kebijakan pemerintah terkait sektor properti, serta kekuatan daya beli masyarakat.

Yunus juga menambahkan bahwa strategi diskon yang biasa ditawarkan pengembang pasca-Ramadan tidak selalu menunjukkan rendahnya daya beli, melainkan upaya menarik minat calon pembeli yang sempat menunda keputusan selama bulan puasa.


Mayoritas Pembeli Masih End User, Bukan Investor

Fenomena pasca-Lebaran ini biasanya hanya berdampak musiman. Konsumen yang kembali aktif mencari rumah umumnya adalah end-user, yaitu pembeli yang benar-benar berniat menempati properti tersebut, bukan sekadar berinvestasi. Mereka mulai menyaring pilihan berdasarkan lokasi strategis, harga kompetitif, legalitas, dan reputasi pengembang.

Yunus mengingatkan, calon pembeli tidak boleh tergiur semata oleh iming-iming diskon besar. Kualitas bangunan, kelengkapan dokumen, dan potensi pengembangan wilayah harus menjadi pertimbangan utama sebelum mengambil keputusan.


Kondisi Daya Beli dan Tantangan KPR Floating Rate

Di sisi lain, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, turut menyoroti belum pulihnya pembelian rumah pasca-Lebaran. Ia menilai, lemahnya daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah akibat gelombang PHK dan penghematan Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi penghambat utama.

Bhima juga menyebut bahwa salah satu penyebab keraguan masyarakat membeli rumah adalah sistem suku bunga KPR mengambang (floating rate) yang kerap melonjak tinggi. Konsumen yang awalnya tertarik dengan fixed rate rendah di awal masa cicilan bisa terkejut ketika suku bunga naik tajam di tahun-tahun berikutnya.


Data BI Tunjukkan Kontraksi Penjualan Rumah Tipe Kecil dan Menengah

Bank Indonesia merilis data bahwa penjualan properti residensial pada kuartal IV 2024 mengalami penurunan tajam. Rumah tipe kecil mengalami kontraksi hingga 23,70% (year-on-year), sementara rumah tipe menengah turun 16,6%. Penjualan rumah tipe besar justru naik 20,44%, menandakan segmen pasar menengah ke atas masih cukup stabil.

Tren serupa juga terlihat secara kuartalan, dengan penjualan rumah tipe kecil dan menengah masing-masing turun 11,94% dan 9,13% (quarter-to-quarter). Secara umum, pasar rumah primer mencatat kontraksi sebesar 6,62% pada kuartal terakhir 2024.


Properthy.com: Solusi Cerdas untuk Cari Properti Berkualitas di Bali

Melihat tren yang belum pulih ini, calon pembeli rumah harus semakin cermat dan teliti dalam mengambil keputusan. Meskipun kondisi pasar masih menantang, peluang tetap terbuka — khususnya bagi mereka yang mencari hunian dengan nilai strategis dan harga realistis.

Properthy.com, sebagai platform properti terpercaya di Bali, hadir memberikan solusi lengkap untuk Anda yang ingin menjelajahi berbagai pilihan properti — mulai dari rumah tapak, villa eksklusif, hingga tanah investasi. Dengan fitur pencarian pintar, informasi legalitas, serta profil pengembang yang transparan, Properthy.com mempermudah Anda dalam menemukan hunian impian di Pulau Dewata.


Kesimpulan: Momentum Cermat di Tengah Tantangan Pasar

Meskipun tren beli rumah setelah Lebaran 2025 belum menunjukkan pemulihan kuat, hal ini justru bisa menjadi momentum tepat bagi calon pembeli untuk mengambil keputusan bijak dengan pertimbangan yang matang. Dengan memanfaatkan platform seperti Properthy.com, Anda bisa menjelajahi opsi properti di Bali secara komprehensif dan aman. Jangan lewatkan peluang, temukan properti terbaik Anda hari ini bersama Properthy.com!



 
Posted on May 08, 2025